expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Asslamu'alaikum

Welcome to my blog^^
I just try to make this blog, enjoy it...

Jumat, 14 Oktober 2011

VEER ZAARA

Cinta yang melintasi batas dan waktu


Kisah cinta abadi tak hanya milik pasangan Rama-Shinta, Laila-Majenun, Romeo-Juliet atau bahkan Bonnie-Clyde. Setidaknya satu lagi muncul dari film ini: pasangan Veer-Zaara.





Veer-Zaara” disutradarai Yash Chopra, sutradara senior Bollywood yang terakhir kali membesut “Dil To Pagal hai” tujuh tahun yang lalu. Sebuah film romantis berlatar belakang konflik India-Pakistan, yang sukses membius penonton dengan obsesi cinta namun sarat dengan idealisme dan pesan humanisme: kasih sayang antar manusia lintas batas, kesetaraan perempuan, dan perjodohan atas dasar politik dan harta yang harus diakhiri.
Film ini bercerita tentang Veer Pratap Singh (Shahrukh Khan), komandan squadron pesawat Indian Air Force, yang jatuh cinta pada Zaara Hayaat Khan (Preity Zinta), putri seorang politikus Pakistan. Zaara yang manis dan cerdas itu telah bertunangan dengan seorang laki-laki pilihan orang tuanya, Raza (Manoj Bajpai). Sebelum mereka menikah, Zaara pergi ke India untuk memenuhi permintaan terakhir pengasuhnya waktu kecil yang berasal dari sana, yaitu untuk menghanyutkan abunya ke Sungai Gangga.



Ketika bis yang ditumpanginya mengalami kecelakaan, Zaara diselamatkan oleh Veer, dan mereka jatuh cinta. Veer lalu mengajak Zaara mengunjungi orangtua angkatnya (diperankan oleh the famous old couple Amitabh Bachchan dan Hema Malini) di Punjab, yang juga langsung menyukai Zaara. Tetapi sebelum Veer sempat mengungkapkan perasaaannya, Zaara dijemput oleh Raza yang terbang dari Lahore khusus untuk mencarinya.
Terpisah jarak, Zaara dan Veer tetap tidak bisa melupakan satu sama lain. Pembantu Zaara (Divya Dutta) berusaha menyatukan cinta mereka berdua dengan menghubungi sang kekasih di India. Akhirnya Veer keluar dari pekerjaannya dan pergi ke Lahore. Untung tak dapat diraih, walaupun ia sempat bertemu Zaara, gadis pujaannya tetap menikah dengan Raza dan ia ditangkap atas tuduhan spionase.
Duapuluh dua tahun kemudian, seorang pengacara junior Pakistan bernama Saamiya Siddiqui (Rani Mukherjee) berusaha menolong Veer yang sekian lama mendekam di penjara dan tak pernah berbicara dengan siapapun. Ketika akhirnya Veer mau berbicara, ia menceritakan seluruh kisahnya kepada Saamiya, yang kemudian berusaha memperjuangkan qaidi (tahanan) nomor 786 ini, baik untuk kebebasannya di sidang pengadilan maupun untuk menemukan kembali cintanya yang hilang.
Berakhir dengan sebuah happy ending yang dramatis khas film India, memanjakan penonton eskapis yang ingin melarikan diri dari pahitnya realita hidup, “Veer-Zaara” ditunjang dialog yang prima garapan Aditya Chopra, putra Yash yang juga sukses menyutradarai “Dilwale Dulhaniya Le Jayenge” dan “Mohabbatein”. Dialog di pengadilan antara Saamiya dengan lawannya (Anupham Kher) adalah salah satu contoh terbaik untuk itu.
Musik yang romantis dan evergreen, sebuah selingan yang menyenangkan di antara booming lagusoundtrack berirama techno dan remix garapan almarhum Madan Mohan, membuat penonton semakin terhanyut dalam cerita. Film ini memang bukan film trendy seperti “Kal Ho Naa Ho”, tapi lebih cenderung bernuansa klasik sehingga mungkin lebih menarik untuk target kalangan yang lebih matang. Seperti lagu “Do Pal” yang sendu, tapi sempat menjadi hit di India pada trimester akhir tahun 2004 lalu:
The caravan stopped for a few moments,
and then where did you walk off, and where did I?
This story of hearts lasted only a few moments,
and then where did you go, and where did I?
Was that you, or was it a scent on the breeze?
Was that you, or was there color bursting in all four directions?
Was that you, or was it some light on the road?
Was that you, or was it a song echoing in the atmosphere?
Did I find you, or did I find my destination?
Was that you, or was it simply a moment touched by magic?

Pemilihan pemain film ini adalah salah sebuah kunci keberhasilan. Tiga megabintang perfilman India yang menyandang gelarnya bukan hanya karena fisik tetapi juga karena kemampuan akting. Shahrukh tampil seperti biasa, agak komikal, terutama pada awal-awal film di mana ia memerankan Veer muda. Tetapi keberhasilannya memainkan peran Veer tua boleh diacungi jempol. Preity pun mampu terlihat sederhana dan alami tetapi tetap anggun dan aristokrat seperti yang dituntut oleh perannya kali ini. Sementara Rani tampil sangat memikat walaupun ia tidak tampil dalam porsi sebanyak kedua pemeran utama. Bisa dibilang ialah yang mencuri perhatian dan membuat penonton tak pernah puas dengan kemunculannya. Para pemeran pembantu pun memberikan dukungan sepenuhnya dalam film ini, misalnya Kiron Kher yang memerankan ibu Zaara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar